SEMARANG - Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Dirjen Bimas) Islam Kementerian Agama RI, Prof. Dr. H. Abu Rokhmad, M.Ag, menekankan pentingnya peran strategis penyuluh agama Islam dalam menghadapi perubahan zaman yang semakin dinamis.
Ia menyampaikan hal tersebut saat memberikan arahan dalam kegiatan Pembinaan, Evaluasi Kinerja dan Serap Aspirasi Penyuluh Agama Islam Provinsi Jawa Tengah yang digelar di aula Kanwil Kementerian Agama Jateng, Jalan Sisingamangaraja, Semarang, Kamis (17/04/2025).
“Jumlah penyuluh agama Islam mengalami penurunan drastis. Berdasarkan data Biro SDM Kemenag per 5 Maret 2025, dari 52.132 orang kini hanya tersisa 38.112 penyuluh. Artinya, ada penurunan sebanyak 14.020 orang dalam kurun waktu kurang dari enam bulan, ” ujar Prof. Abu Rokhmad.
Ia menilai data ini sebagai sinyal kuat untuk melakukan optimalisasi peran penyuluh, terutama ketika masyarakat sangat membutuhkan bimbingan keagamaan di tengah derasnya arus informasi yang belum tentu sejalan dengan nilai-nilai Islam.
Prof. Abu Rokhmad menambahkan bahwa penyuluh kini tidak bisa hanya mengandalkan mimbar fisik semata. Ia menilai ruang digital sebagai “kecamatan virtual” yang juga harus dijangkau oleh para penyuluh.
“Penyuluh harus mampu menjangkau tiga kelompok utama: masyarakat umum (seperti majelis taklim dan ormas), kelompok rentan, serta audiens di media sosial. Penyuluh dituntut melakukan minimal delapan bimbingan tatap muka per bulan dan juga membuat konten dakwah berbasis media sosial, ” jelasnya.
Sebagai Ketua MUI Jawa Tengah, Prof. Abu Rokhmad juga mengingatkan bahwa generasi muda kini menghabiskan banyak waktu di dunia digital. Oleh karena itu, konten keagamaan yang relevan, moderat, dan mudah dipahami sangat dibutuhkan.
“Penyuluh bukan hanya agen dakwah, tapi juga agen perubahan dan edukasi. Mereka harus mampu menerjemahkan nilai-nilai Islam dalam bahasa digital yang cepat, visual, dan ringkas, " tegasnya.
Acara ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, antara lain Direktur Penerangan Agama Islam Ahmad Zayadi, Kasubdit Bina Penyuluh Agama Islam Jamaluddin M. Marky, Kabid Penaiszawa Kanwil Kemenag Jateng Imam Buchori, serta Kasubtim Standardisasi Kompetensi Jabatan Penyuluh Alif.
Kepala Sub Tim Evaluasi Kinerja Penyuluh Agama Islam, Heru Susanto, menjelaskan bahwa kegiatan ini diikuti oleh penyuluh agama Islam dari seluruh Jawa Tengah, dan menghadirkan dua narasumber yakni wartawan Suara Merdeka dan dosen FISIP Unwahas Dr. H. Agus Fathuddin Yusuf, M.A., serta Dekan Fakultas Dakwah UIN Walisongo Semarang Prof. Dr. H. Moh. Fauzi, M.Ag.
Dalam paparannya, Dr. Agus Fathuddin Yusuf menyebutkan bahwa penyuluh agama harus memiliki kemampuan literasi media, termasuk media cetak, elektronik, serta media digital.
“Kemampuan mengemas pesan dakwah yang sejuk dan menyejukkan, serta menyuarakan Islam Wasathiyah yang rahmatan lil alamin sangat ditunggu generasi muda di ruang digital, " ujarnya.
Namun ia juga mengingatkan perlunya pemetaan platform digital yang sesuai dengan karakteristik masyarakat di setiap wilayah.
“Di satu daerah bisa dominan YouTube dan TikTok, sementara di tempat lain justru lebih aktif di Instagram atau Facebook. Penyuluh perlu memahami ini, " imbuh Agus.
Ia juga menyoroti tantangan penyuluh, seperti rendahnya literasi digital dan kurangnya keterampilan produksi konten, sehingga dibutuhkan pelatihan dan dukungan teknologi.
Senada dengan itu, Prof. Dr. H. Moh. Fauzi, M.Ag. menambahkan bahwa kompetensi penyuluh harus terus ditingkatkan.
“Dengan menguasai media sosial dan memperluas jejaring, penyuluh dapat tetap hadir sebagai rujukan umat. Masa depan dakwah dibangun bukan hanya lewat mimbar, tapi juga lewat layar, ” tandasnya.
Sementara itu, Kabid Penaiszawa Kanwil Kemenag Jateng Imam Buchori menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari penyesuaian strategi program kepenyuluhan.
“Tujuannya agar efektivitas layanan keagamaan semakin meningkat dan dampaknya lebih terukur di tengah masyarakat, ” jelasnya.
(Agus F/Djarmanto-YF2DOI)